Tuesday, January 8, 2013

Kemampuan Berbahasa Bantu Anak Kendalikan Marah

Posted by triebara | 8:01 AM Categories:
Kemampuan anak-anak untuk menggunakan kata-kata kemungkinan mempengaruhi cara anak untuk mengatur kemarahannya di kemudian hari, demikian diungkapkan sebuah penelitian terbaru.

Hasil temuan yang dikutip situs Health Day pada 24 Desember 2012 mengungkapkan bahwa anak-anak dengan kemampuan bahasa yang baik saat berusia dua tahun akan lebih sedikit mengekspresikan kemarahannya selama saat berusia empat tahun yang disebut sebagai masa frustasi jika dibandingkan dengan anak yang memiliki kemampuan bahasa kurang baik.

Foto: hehealthyhaven.wordpress.com
Sedangkan anak yang kemampuan berbahasanya berkembang dengan cepat juga lebih mampu mengatur kemarahannya di usia empat tahun. Penelitian sebelumnya mengungkapkan adanya hubungan antara kemampuan berbahasa dengan ekspresi kemarahan pada anak-anak.

Hasil penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Child Development ini memantau perkembangan 120 anak dari usia 18 bulan hingga berusia empat tahun. Anak-anak secara periodik dites untuk mengetahui kemampuan berbahasa mereka dan kemampuan mereka untuk mengatasi situasi frustrasi. Salah satu tugas yang diminta kepada anak-anak adalah menunggu selama delapan menit sebelum membuka kado dari ibu mereka, saat selesai mengerjakan tugas.

Ada dua aspek bahasa yang membantu anak-anak untuk mengendalikan rasa marah. Pertama, kemampuan bahasa yang lebih baik memungkinkan anak-anak untuk meminta bantuan orang tua mereka selama masa frustrasi (misalnya, meminta ibu mereka saat mereka selesai bekerja). Anak-anak juga menggunakan bahasa untuk mengalihkan perhatian mereka sendiri agar tidak marah (salah seorang anak mengalihkan perhatiannya dari tugas menunggu dengan menghitung waktu).

Kemampuan bahasa yang lebih baik bisa membantu anak-anak menjelaskan sesuatu ketimbang menggunakan emosi untuk mengungkapkannya. "Anak-anak juga bisa menggunakan imajinasi mereka untuk mengalihkan perhatian selama masa menunggu yang mengesalkan," ujar peneliti Pamela Cole, profesor psikologi di Pennsylvania State University.
Source.

0 komentar:

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube