Monday, January 28, 2013


Lumba-lumba dan kawanan ikan paus berenang beriringan dalam satu kelompok? Hmmm…hal yang unik dan langka dijumpai. Bahkan para ilmuwan pun masih bingung mengapa hal ini bisa terjadi (mengapa bisa terjadi? Jangan bertanya pada rumput yang bergoyang lho…! Hehehe).

Seperti dilansir dari MailOnline, Paus sperma tidak diketahui mempunyai keterampilan sosial. Namun, beberapa gambar di bawah ini menunjukkan bahwa mereka bisa berbaur dengan ikan lainnya, setelah para paus itu mengajak  lumba-lumba hidung botol yang cacat bergabung dalam kelompoknya.
Selama 8 hari, para peneliti mengamati lumba-lumba hidung botol yang sendirian, terkucilkan dari kawanannya. Dia bergabung  dengan kawanan paus, mengendus-endus, dan menggosokkan badannya ke kawanan tersebut.


Para peneliti mengamati bahwa paus sperma mentolerir hal ini dan bahkan membalas perlakuan kasih sayang lumba-lumba hidung botol itu.

“Nampaknya kawanan paus itu telah menerima lumba-lumba dengan alasan  yang belum diketahui”, kata Alexander Wilson, ahli ekologi behavioral,  kepada Science Now.  Alexander mengamati perilaku mereka dengan cara snorkeling di dekat kawanan tersebut.
Tim peneliti  yakin bahwa si lumba-lumba adalah lumba-lumba yang sama karena  diketahui dari tulang belakang uniknya yang menyerupai huruf “S”. Wilson menambahkan, kecacatan mungkin membuatnya tersisih dari kelompoknya sendiri, atau sulit baginya untuk bergabung dengan kelompoknya.

Paus sperma berenang lebih lambat daripada lumba-lumba dan kawanan paus menunjuk salah satu anggotanya untuk menjaga  si lumba-lumba dekat dengan permukaan air sementara paus dewasa lainnya menyelam lebih dalam.
Ahli ekologi ikan paus, Monica Almeida e Silva, dari Universitas Azores, Portugal menjelaskan bahwa pertemanan antara paus sperma dan lumba-lumba  ini membingungkan, karena paus sperma umumnya akan menjauh dari lumba-lumba hidung botol. Hal ini dikarenakan lumba-lumba hidung botol sering mengejar dan mempermainkan paus sperma dan anak-anaknya.

“Mengapa paus sperma menerima lumba-lumba ini dalam kelompok mereka?”, kata Monica kepada Science Now. “Ini sangat membingungkan.”
Hmmm….para ahli ekologi aja bingung, apalagi kita ya, guys?! Hehhe… Tapi, ga masalah. Setidaknya, kita bisa ambil pelajaran dari fenomena unik dan langka itu, yakni hendaknya kita tidak memandang sebelah mata  ataupun mengucilkan orang-orang yang “cacat”, karena derajat kita dimata Tuhan sama, yang membedakan adalah keimanan kita. Paus sperma aja yang terkenal tidak berjiwa sosial mau “mengasuh” lumba-lumba yang cacat, tentunya hal yang lebih bisa dilakukan kita, manusia, sebagai makhluk sosial. Tetap semangat! ;)
Triebara





0 komentar:

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Youtube